Reflektif Menjelang Bulan Ramadhan

Senin, 11 Maret 2024 Last Updated 2024-03-11T08:02:07Z



Oleh : Adrinal Tanjung

Memilih hening dan menulis itu sering saya lakukan di sela waktu. Hening menjadi pilihan. Keheningan adalah kemampuan memelankan segalanya. Menjernihkan pikiran, memusatkan jiwa, dan mengarahkan upaya. Menjadi tenang selagi dunia berputar. Saya menemukan kutipan ini di buku Hening adalah Kunci terpenting yang ditulis Ryan Holiday.

Saya bersyukur memiliki beberapa rekan tempat berbagi cerita. Dengan berbagi cerita lewat tulisan semua beban bisa terlepas. Sesak pun berkurang. Beberapa tahun terakhir saya makin semangat menulis. Berbagai hal saya tulis. Sebagai birokrat tentu saya tahu. Apa yang perlu ditulis dan apa yang tidak perlu. 

Hari ini Jumat terakhir sebelum memasuki bulan Ramadhan. Banyak hal yang ingin ditulis. Memilah dan memilih. Saya hening beberapa saat lalu melanjutkan tulisan ini. Berharap hari ini tidak terlambat sampai di kantor. Semakin meyakini diam itu menenangkan. Berusaha senantiasa berpikir positif. 

Sibuk dan fokus dengan tugas utama. Mengenyampingkan yang tidak perlu. Empat bulan terakhir saya semakin sering berinyeraksi dengan staf saya. Namanya Santo. Dalam seminggu bisa jumpa satu atau dua kali. Banyak hal yang disampaikan Santo buat saya. Namun satu hal yang paling saya ingat. Terkait kontinuitas komunitas dan cita cita saya untuk terus menulis terkait pembiayaan.

Ini menjadi PR besar. Santo tentu tahu persis.Bagaimana saya meretas cita cita untuk terus menulis. Sebagian besar operasional komunitas keluar dari uang pribadi. Untuk mencetak buku juga demikian. Meskipun dukungan donatur dan rekan yang mau berkontribusi. Untuk membayar pengganti biaya cetak buku. Jumlahnya tidak mencukupi. Tentu saja Santo menjadi risau. Sementara semangat saya sering tak bisa dibendung. 

Perjalanan menuju kantor pagi ini cukup lancar. Kemaren hampir beberapa jam saya bersama Santo. Santo memiliki kontribusi yang signifikan dalam perjalanan karir menulis saya. Melay out buku yang saya tulis, termasuk membuat cover.  Hampir 20 tahun saya mengenal Santo. Tentu saja Santo juga sangat mengenal saya dengan segala keunikannya. Mengenal istri dan anak anak saya. Mengetahui banyak perjalanan karir saya di birokrasi pemerintahan. Mengetahui beban yang harus saya tanggulangi sebagai kepala keluarga. Yang harus memenuhi kebutuhan keluarga.

Menjaga semangat untuk terus menulis itu tidaklah mudah. Bersyukur setelah menerbitkan buku saya beberapa kali diundang sebagai nara sumber. Tentu saja dari undangan tersebut saya mendapat honor yang lumayan. Beberapa kali buku yang saya tulis juga cukup laku meskipun tak banyak keuntungan, kecuali buku pesanan yang sepulu tahun lalu sering saya susun bersama tim. Saya kembali hening. Apakah kerisauan Santo saya abaikan. Tentu tidak. Tak mungkin juga Santo saya pekerjakan tanpa imbalan yang sesuai. Santo butuh biaya hidup. Saya sangat menyadari hal tersebut.

Santo bukanlah ASN seperti saya yang memiliki gaji tetap setiap bulan. Dia harus makan, beli bbm, dan kebutuhan lainnya. Memberi tugas kepada Santo tentu harus dibarengi dengan balas jasa yang sesuai. Meskpin Santo tidak pernah protes saya kasih berapa. Selama ini selalu saya pikirkan. Hari hari ke depan semakin berat. Saat biaya hidup semakin meningkat. 

Kerisauan Santo harus saya jadikan perhatian. Tak mungkin saya selalu menganggap ini hobby tanpa memikirkan pembiayaan.  Saya berhenti lagi, merenung akan kemana kisah literasi menulis ini akan berlabuh. Perhitungan harus semakin matang. Cash flow harus semakin jelas. 


Launching Rumah Kreatif Meilfa (RKM)

Lembaga yang menjadi tempat saya berkreasi lebih luas siap dilaunching. Tentu saja untuk launching Lembaga ini bukan pekerjaan mudah. Terutama menyangkut biaya. Persiapan peluncuran Lembaga ini sudah berlangsung hampir tiga minggu lalu. Merk sementara pun sudah terpasang. 

Santo mengingatkan saya terkait pembiayaan ini berkali kali.  Sebelum menutup tulisan ini saya haturkan terima kasih kepada rekan rekan saya yang selama ini banyak mendukung aktivitas literasi menulis ini. 


Terima Kasih dan Terima Kasih

Perjalanan literasi menulis saya sejauh ini bisa terus bergerak tak lepas dari dukungan rekan dan sahabat. Ada juga senior yang memberikan dukungan moril dan material. Saya haturkan terima kasih.

Ada beberapa nama yang perlu saya sebut dalam kesempatan ini.Dirut RS Unand Dr dr  Yevri tentu saja memiliki kontribusi tertingggi. Saya yakin dukungan dan bantuannya tulus. Selain Yevri ada beberapa nama lagi yang perlu saya sampaikan.

Pak Masyhuri Hamidi, PhD Rektor Universitas Metamedia . Pak Ardian Riza Founder RS Kartika Docta. Adek kelas saya di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Yan Syafrin.  Selalu saja mensupport setiap buku saya terbit. 

Rekan rekan Akuntansi 89. Om Rolaw. Om Oni. Om Una ini nama nama yang memberi kontribusi sehingga saya tak begitu bingung saat menerbitkan buku. Rekan RLA yang saat ini menjadi Wakajati Sulsel Pak Zet Tadung Allo. Sahabat sesame Diklat RLA yaitu Kepala Perwakilan BPKP NTT Pak Rizal Suhaeli dan Pak Muhammad Risbiyantoro.  

Senior saya di BPKP dan juga Sekda Sumatera Barat Bapak Han Sastri. Senior saya yang saat ini menjadi Inspektur Prov Kepri Uda St Irmendas. Uni Dessy Adin Kepala Perwakilan BPKP Sumatera Barat. Ibu Kepala BPSDM Sumatera Barat Bunda Dr Desniarti. Pak Sumitro  saat ini Staf Ahli Gubernur Lampung. Kepala Biro Keuangan BNPB Pak Tavip Joko Prahoho. Teman teman lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih untuk dukungannya. Jalan masih panjang. Semoga saya tak lelah berjuang.

Menutup tulisan ini saya haturkan ucapan Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Untuk semua kolega, pimpinan, rekan, sahabat dan saudara dimanapun berada. Semoga ibadah puasa yang kita laksanakan mengantarkan kita pada derajat taqwa.

Aamiin..

(Jakarta, 8 Maret 2024)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Reflektif Menjelang Bulan Ramadhan

Trending Now

Profil

iklan