Tulisan dan buku telah mengantarkan saya pada berbagai kejutan dan keberuntungan. Bisa mengenal banyak rekan, sahabat, dan sejumlah tokoh ternama. Semua karena tulisan dan buku. Hingga hari ini tak terhitung banyaknya kemudahan yang saya dapatkan dari hubungan baik tersebut.
Dulu, saya tidak pernah menduga bisa menulis buku, bahkan hingga puluhan judul hingga saat ini. Ketertarikan pada buku tentu saja sudah lama. Hampir setiap hari saya usahakan untuk membaca buku. Jika berkunjung ke toko buku, saya betah berjam jam di sana. Hampir setiap bulan saya ke toko buku dan membeli beberapa judul buku. Kadang tidak langsung saya baca, namun saya pastikan jika ada waktu luang saya usahakan untuk membacanya. Menemani di setiap perjalanan. Membaca buku tentu sangat terkait dengan menulis. Membaca adalah proses memasukkan sedangkan menulis adalah proses mengeluarkan.
Kembali kepada kegemaran menulis, sebenarnya sejak SMP saya sudah senang menulis puisi, bahkan paling suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, saat itu hanya sekadar tugas sekolah. Begitu pula hingga SMA. Masuk kuliah jadi semakin jarang menulis karena sibuk dengan tugas-tugas kuliah.
Berawal di Kota Manado
Saya melanjutkan dan mengasah bakat menulis saat bertugas di Perwakilan BPKP Sulawesi Utara di Manado. Saya resmi berstatus Pegawai Negeri Sipil pada tanggal 1 Maret 1997. Setelah mendapatkan SK penempatan pertama kali, saya pun memutuskan untuk berangkat ke Manado. Keberangkatan ini memenuhi SK sesuai dengan kesepakatan untuk siap ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia.
Bulan April 1997 saya langsung terbang ke Manado untuk memenuhi panggilan tugas. Hanya butuh waktu beberapa bulan, saya pun merasa cocok dengan alam Bumi Nyiur Melambai. Dan untuk mengisi waktu luang usai melaksanakan tugas, saya mencoba menulis dan mengisi kolom opini. Beberapa kali tulisan saya di muat di Harian Manado Post, salah satu koran lokal yang cukup bergengsi kala itu di Sulawesi Utara.
Saat itu saya sering menulis kolom opini terkait isu-isu yang sedang hangat terjadi di tengah tengah masyarakat. Usai bertugas di Manado hingga penghujung tahun 1999, selanjutnya saya mutasi atas biaya negara ke Puslitbangsiswas BPKP di Jakarta. DI Puslitbangsiswas BPKP saya bertugas hampir 2,5 tahun. Kemudian berpindah lagi ke Biro Hukum dan Humas BPKP juga sekitar 2 tahun 3 bulan. Kepindahan dari satu unit ke unit lainnya tak terlepas dari tugas yang terkait kepenulisan. Di Puslitbangsiswas BPKP, saya salah seorang staf yang membantu reportase dan peliputan Majalah Warta Pengawasan BPKP. Kadang saya juga terlibat dalam wawancara tokoh. Hal yang sama semakin meningkat intensitas kepenulisan saya saat bertugas di Biro Hukum dan Humas BPKP.
Berlanjut ke Kementerian PAN RB
Usai bertugas di tiga unit kerja ini berikutnya saya diberi tugas oleh BPKP sebagai Pegawai Dipekerjakan Pada Instansi Lain (DPIL) di Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemeneg PAN) pada tanggal 29 September 2004 berdasarkan surat dari Sesmeneg PAN saat itu Drs. Prapto Hadi, MM. Inilah awal kisah saya semakin mencintai dunia literasi. Selain tugas sesuai jabatan, saya pun mendapat tambahan tugas mengelola majalah internal di Kemenneg PAN.
Selama hampir tiga tahun saya berjibaku melaksanakan tugas mengelola majalah. Melakukan wawancara, mengumpulkan dan mengedit tulisan yang masuk, juga mengerjakan sebagian urusan administratif majalah. Di bawah bimbingan Deputi Tata Laksana Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc. dan dibantu dua orang staf redaksi dan seorang staf disain/tata letak, banyak dinamika dan suka-duka yang saya alami selama mengelola majalah internal tersebut.
Mengelola majalah memberi banyak manfaat dan hal tersebut terasa hingga kini. Saya semakin mahir menulis, meskipun belum sebanding dengan para penulis profesional. Setidaknya saya mendapat banyak kesempatan istimewa untuk berkenalan dengan para tokoh yang banyak memberi saya inspirasi.
Ada gubernur dan sejumlah bupati/wali kota. Beberapa pejabat publik lain pernah juga saya wawancarai seperti Menteri BUMN kala itu Dr. Ir. Mustafa Abubakar, Ekonom Kwik Kian Gie, Ketua BPK RI Anwar Nasution, Menteri Pendidikan Nasional DR Bambang Sudibyo, dan beberapa nama lainnya. Ada juga beberapa direksi BUMN . Merekalah yang menginspirasi saya bahwa sukses tidak turun dari langit. Sukses harus diperjuangkan, bekerja keras, bahkan dengan tetesan keringat dan air mata.
Saat ini saya bersyukur bisa menulis sekian banyak buku sembari terus mengabdi pada negeri. Kisah literasi ini terus bergulir dan makin menemukan tempat terbaiknya. Terlebih saat ini sudah berdiri Yayasan Pusako Adrinal Tanjung sebuah lembaga untuk makin menggairahkan saya untuk terus berkarya.
Masih banyak yang ingin saya capai di beberapa waktu mendatang. Tentang perlunya birokat menulis, menyampaikan gagasan dan pemikiran lewat media buku. Ibarat mimpi pasti menjadi kenyataan jika konsisten memperjuangkannya dengan dukungan rekan-rekan yang memiliki passion dan frekuensi yang sama.
Di awal bulan Juli 2024 ini, saya mengingat kembali awal terjun di dunia literasi menulis dengan karya perdana di bulan Juni 2007. Saya berjanji untuk terus belajar dan menekuni passion menulis. Saya jadi ingat apa yang dikatakan Prof. Dr. Didiek J. Rachbini, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam sebuah kesempatan, "Jangan bosan bermimpi, karena mimpi tidak ada ongkosnya. Mimpi yang sesuai passion akan menemukan hasilnya".
Di bagian ini saya mencoba mengulas terkait passion untuk mempertegas apa yang dikatakan oleh Prof Dr Didiek J. Rachbini. Passion bisa diartikan dengan gairah, semangat, dan cinta.
Dengan passion orang bekerja tanpa lelah. Bekerja serasa bermain main dan gembira. Hal inilah yang tengah saya perjuangkan bekerja sambil mengembangkan passion yang saya miliki.
Sabisabu dan Yayasan Pusako Adrinal Tanjung
Kemudian dengan dukungan beberapa rekan dan sahabat saya mendirikan sebuah Yayasan di bulan September 2022 ini dan diberi nama Yayasan Pusako Adrinal Tanjung. Yayasan ini akan mewadahi beberapa unit usaha dan kegiatan. Salah satunya Perkumpulan Satu Birokrat Satu Buku (Sabisabu).
Perkumpulan Satu Birokrat Satu Buku diharapkan bisa mengajak banyak orang bergabung dalam Gerakan literasi menulis ini. Saya kira kata kuncinya adalah konsistensi dan saya berusaha untuk tetap konsisten. Semoga konsistensi inilah yang akan membawa saya pada momentum terbaik untuk terus menulis dan berkiprah membangun negeri di jalur birokrasi. Semoga mimpi besar saya untuk terus berkarya dan mengabdi untuk negeri semakin menemukan jalan terbaik dan diberkahi Allah SWT. Aamiin.