Oleh : Adrinal Tanjung
Sesaat sebelum acara peluncuran buku Mengabdi di Ranah Minang dimulai, saya bertanya ke moderator yang memimpin acara tentang empat kursi yang tersedia di panggung utama. Informasi awal acara peluncuran buku Pak Sekda hanya dihadiri saya sebagai penulis dan Pak Sekda sebagai tokoh yang ditulis plus moderator. Harusnya di panggung hanya ada tiga kursi.
Acara peluncuran buku Mengabdi di Ranah Minang begitu Istimewa di mata saya. Saya kagum melihat panggung yang tertata megah. Sebelum acara dimulai saya sudah berada di tempat acara. Saya melihat di panggung utama tersedia empat kursi untuk ditempati. Sesuai run down acara yang disiapkan panitia, acara dipandu moderator dengan menghadirkan penulis dan Sekda Sumatera Barat sebagai tokoh yang ditulis. Diskusi direncanakan sekitar 60 menit.
Acara dilaksanakan di salah satu hotel terkemuka di Kota Padang. Tentu saja ini menjadi saksi dan sejarah baru dalam perjalanan literasi menulis saya termasuk bagi komunitas Satu Birokrat Satu Buku (Sabisabu) . Acara peluncuran buku ini menyalakan semangat saya untuk terus berkarya.
Dengan cepat moderator menjawab, bahwa salah satu kursi disiapkan untuk Pak Gubernur, jika beliau datang lebih awal. Wow. Saya merasa tersanjung. Bisa satu panggung dengan Pak Sekda dan Pak Gubernur tentu saja luar biasa. Acara peluncuran buku sederhana, sudah membuat saya gembira. Apalagi diacarakan dengan menghadirkan Pak Gubernur dan bertempat di salah satu hotel terkemuka. Tentu saja sesuatu yang istimewa.
Sebenarnya buku yang diluncurkan belum 100 persen rampung, masih dalam proses finalisasi. Namun mengambil momen penting di hari yang sama, kegiatan internalisasi Budaya Kerja Berakhlak, tentu saja sangat relevan dengan buku Pak Sekda yang akan diterbitkan. Buku ini sangat relevan dengan Budaya Berakhlak yang sudah diimplementasikan Pak Sekda di keseharian sebagai birokrat selama 33 tahun masa kerja.
Waktu berjalan, saya pun dipanggil ke atas panggung oleh moderator. Sambil membacakan profil saya cukup lengkap, saya berjalan dengan penuh semangat menuju panggung utama.
Setelah saya maju, kemudian disusul Sekda Sumatera Barat yang juga dipanggil moderator. Pak Sekda menyusul dan duduk di samping saya. Tiga kursi terisi, acara pun dimulai.
Senin yang Istimewa
Pagi ini saya sempatkan menulis pertemuan hari Senin yang begitu istimewa itu.Cita cita literasi menulis yang saya bangun bertahun tahun kian terbentang luas. Pilihan saya untuk menekuni literasi menulis di sela waktu bekerja sebagai birokrat, kian menemukan momentum terbaik. Selama 75 menit acara peluncuran buku Sekda Sumatera Barat itu berlangsung santai namun khidmat. Saya menyampaikan beberapa hal mengapa sosok Hansastri layak untuk ditulis. Sosok yang sederhana berintegritas tinggi dan tentu saja memiliki kompetensi yang bisa diandalkan.
Tiga tahun berlalu jabatan Sekda sudah diemban Hansastri, saat peluncuran buku Mengabdi di Ranah Minang dilaksanakan. Tentu saja tak sempurna selama kepemimpinan tiga tahun tersebut. Tak semua pihak bisa dipuaskan. Sebagai Sekretaris Daerah tentulah tugas yang dilaksanakan bukanlah tugas yang ringan. Sebagai Sekda Sumatera Barat diakui masih banyak yang perlu dibenahi, ujarnya kala itu.
Buku yang saya tulis telah memotret sebagian informasi tentang perjalanan hidup dan karir Hansastri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Inilah yang ingin disampaikan lewat buku yang diharapkan bisa rampung di akhir Agustus 2024 ini. Moderator memimpin diskusi begitu lancar dan mengalir. Suasana hangat sangat terpancar. Jika ada sesi tanya jawab tentu saja diskusi buku Pak Sekda akan banyak yang bisa diulas.
Kembali ke kursi yang disiapkan untuk Pak Gubernur jika datang lebih awal ternyata hinggga akhir acara tak ditempati. Namun di tengah diskusi sedang berlangsung, karena jadwal Pak Gubernur begitu padat, sekitar jam 09.15 politisi PKS ini datang di tempat acara. Memasuki ruangan lalu menyapa para hadirin yang hadir di acara tersebut. Terhenti sejenak, diskusi buku kembali berlangsung. Saat itu Pak Sekda sedang menyampaikan terkait isi buku beliau. Kemudian menyapa Pak Gubernur yang memasuki ruangan acara.
Tunggu saya di sana
Diskusi buku Pak Sekda sampailah pada sesi yang menarik, saat Hansastri mencoba mengingat momen beberapa waktu yang lalu. Saat itu Buya Mahyeldi masih menjabat sebagai Walikota Padang. Di sebuah acara yang kala itu juga dihadiri salah satu pejabat tinggi di BPKP, Hansastri sempat mengutarakan terkait pergantian kepemimpinan dari Prof Irwan Prayitno ke Gubernur berikutnya. Hansastri menyampaikan keinginan untuk kembali ke BPKP.
Hijrahnya Hansastri ke Pemda Provinsi Sumatera Barat karena permintaan Prof Irwan Prayitno untuk menugaskan Hansastri sebagai Staf Ahli Gubernur bidang Keuangan Daerah. Saat menyampaikan keinginan Kembali ke BPKP, dengan santai Buya Mahyeldi yang kala itu menjabat sebagai Walikota Padang menyampaikan sebuah kalimat, tunggu saja saya di sana. Jangan kembali ke BPKP.
Kata adalah doa
Dalam perjalanan waktu apa yang disampaikan Mahyeldi terbukti. Mahyeldi putra Agam ini terpilih menjadi Gubernur Sumatera Barat menggantikan Prof Irwan Prayitno. Dan dimasa Mahyeldi menjabat Gubernur Sumatera Barat, Hansastri terpilih menjadi Sekretaris Daerah dan dilantik Mahyeldi sebagai Sekretaris Daerah Sumatera Barat. Sebuah peristiwa yang ternyata saling terkait dengan pertemuan yang terjadi dan tak pernah diduga sebelumnya.
Kursi di samping saya memang tidak terisi. Hanya tiga kursi yang terisi di panggung utama saat acara peluncuran buku hingga selesai. Namun saya mengingat dengan baik sambutan Gubernur Sumatera Barat dalam acara Internalisasi Budaya Berakhlak dengan peserta para Kepala OPD di lingkungan Pemda Sumatera Barat.
Dalam penyampaian sambutannya, Gubernur menyampaikan sambutan acara dengan berdiri di mimbar. Beliau memberi apresiasi terkait inisiatif penulisan buku ini. Sesuatu yang sangat baik, ujarnya. Ke depan tidak hanya Sekda yang ditulis bukunya, juga para Kepala OPD yang lain perlu melakukan hal yang sama. Apakah ditulis sendiri atau ada orang lain yang menuliskannya. Sesuatu yang tentu saja sangat bermanfaat bagi generasi mendatang.
Dukungan Gubernur
Tentu saja pernyataan Gubernur di acara yang begitu penting sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terkait Komunitas Sabisabu yang sudah saya inisiasi sejak pertengahan tahun 2020 lalu. Buku Sekretaris Daerah yang sedang diluncurkan merupakan bentuk konkrit karya literasi untuk mendokumentasikan pengalaman dan pengetahuan tertuang dalam bentuk buku yang bisa menjadi legacy di kemudian hari.
Kisah empat kursi di panggung utama menjadikan pagi ini menjadi begitu ceria. Satu kursi memang tak terisi hingga akhir acara, namun pernyataan dan dukungan Gubernur Sumatera Barat menjadi inspirasi untuk langkah saya ke depan. Jalan literasi menulis lewat Komunitas Sabisabu untuk terus menggaungkan literasi menulis semakin mendapat tempat di waktu mendatang. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama Gerakan Sabisabu terus berkembang sehingga budaya berbagi pengetahuan menjadi sebuah kebutuhan untuk menjadikan Indonesia kian hebat di masa mendatang. Semoga saja.
Jakarta, 14 Agustus 2024