Oleh : Adrinal Tanjung
Jumat sore menjelang senja, setelah lima hari penuh dengan rutinitas dan tuntutan pekerjaan, saya akhirnya bisa merasakan sebuah momen berharga: waktu untuk diri sendiri. Usai menyelesaikan tugas kantor, saya segera bergegas menuju sebuah lokasi yang nyaman dan tenang. Tempat yang saya pilih adalah sebuah kafe yang memiliki suasana yang begitu tenang, ideal untuk mengalihkan fokus dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Tiga hari terakhir begitu menguras emosi dan energi. Saya baru saja menghabiskan waktu untuk berdiskusi dengan tim terkait buku seorang pimpinan yang memberikan banyak inspirasi. Meskipun diskusi itu sangat produktif, kadang-kadang intensitasnya bisa sangat menguras. Kini saatnya untuk merelaksasi pikiran, menikmati secangkir cafe latte hangat dan sepotong cake yang manis. Dalam momen seperti ini, saya bisa sepenuhnya melepaskan diri dari beban pikiran yang menumpuk.
Sore itu menjadi begitu menyenangkan. Saya memilih untuk meninggalkan sejenak segala kerumitan dalam pekerjaan dan justru fokus pada kegiatan yang memberi kedamaian batin—membaca buku dan menulis catatan ringan. Lokasi yang saya pilih pun menawarkan pemandangan yang mempesona, dengan udara yang segar dan suasana yang damai, memberikan kenyamanan yang sulit saya temui di tempat lain.
Buku yang saya bawa adalah karya Gede Prama yang berjudul "Compassion". Buku ini telah menjadi teman perjalanan saya beberapa kali, dan setiap kali membacanya, saya selalu menemukan sesuatu yang baru. Kali ini pun sama, saya kembali terlarut dalam rangkaian kata-kata yang menenangkan. Di bawah judulnya tertulis kalimat yang sangat menggugah: "Menyembuhkan Pikiran, Menyejukkan Lingkungan, Menemukan Kedamaian."
Buku ini memang istimewa. Setiap kalimat yang ditulis Gede Prama sering kali membuat saya terdiam dan merenung. Banyak bagian dalam buku ini yang menyentuh hati, terutama tentang konsep kasih sayang yang menyembuhkan. Salah satu bagian yang sangat mengena bagi saya adalah mengenai bagaimana kasih sayang tidak hanya dibutuhkan oleh orang lain, tetapi juga oleh diri kita sendiri. Pengalaman-pengalaman dalam hidup, baik yang baik maupun buruk, memerlukan pelukan lembut kasih sayang. Dalam setiap fase hidup, kita membutuhkan penerimaan terhadap diri sendiri, dan itulah yang memberikan kita kedamaian sejati.
Salah satu kutipan yang membuat saya terkesan adalah tentang menerima tanpa menyalahkan. Gede Prama menyebutkan bahwa "titik balik kesembuhan" datang ketika kita mampu menerima segala hal tanpa menghakimi atau menyalahkan. Bukannya kita menyerah pada keadaan, tetapi justru ketika kita menerima dengan lapang dada, kita memberi ruang bagi perubahan dan pertumbuhan dalam diri.
Bagian lain yang tak kalah dalam memberi kesan adalah mengenai bagaimana kita harus memperlakukan orang yang kita anggap "jahat". Buku ini mengajarkan bahwa manusia jahat tidak berdiri sendiri. Mereka adalah bagian dari dunia yang lebih besar, dan dengan menerima mereka, kita bisa mengajak mereka untuk menoleh ke dalam diri mereka sendiri—menyadari bibit-bibit kebajikan yang sebenarnya ada dalam diri mereka.
Tugas kita adalah menyirami bibit tersebut dengan penerimaan, pengertian, cinta, dan kasih sayang. Inilah pekerjaan rumah kita bersama sebagai umat manusia: menyebarkan kasih sayang yang tak hanya menyembuhkan diri kita sendiri, tetapi juga lingkungan sekitar kita.
Membaca buku ini bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga pengalaman batin yang mendalam. Saya merasa, setiap kali membuka halaman baru, ada banyak hal yang mengingatkan saya untuk lebih mencintai diri sendiri, menerima kekurangan dan kelebihan, serta belajar untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri maupun orang lain. Momen menjelang akhir pekan ini pun terasa semakin istimewa, karena saya bisa merenungkan pesan-pesan dalam buku ini sambil menikmati suasana nyaman dan menenangkan.
Saya menyadari bahwa akhir pekan bukan hanya soal libur dari pekerjaan, tetapi juga kesempatan untuk merawat diri, untuk merenung, dan untuk memberi kasih sayang kepada diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Selamat menikmati akhir pekan bersama keluarga tercinta.
Bogor, 15 November 2024