Relasi, Kepentingan, dan Menulis

Senin, 18 November 2024 | November 18, 2024 WIB Last Updated 2024-11-19T03:55:00Z



Oleh : Adrinal Tanjung

"You must not lose faith in humanity. Humanity is an ocean; if a few drops of the ocean are dirty, the ocean does not become dirty." — Mahatma Gandhi

Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa hubungan yang kita jalin—baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari—tak lepas dari pengaruh kepentingan. Kepentingan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk: keinginan untuk mencapai tujuan bersama, harapan memperoleh keuntungan pribadi, atau sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu besar pengaruh kepentingan terhadap cara kita berinteraksi, kadang kita lupa bahwa hubungan yang terjalin bukan hanya soal kedekatan emosional atau rasa saling percaya, tapi juga soal apa yang ada di balik interaksi tersebut.

Kita semua pasti pernah berada dalam situasi di mana hubungan dengan seseorang terasa begitu dekat, penuh keakraban, dan berjalan lancar tanpa hambatan. Pada saat itu, segala sesuatunya terasa mudah karena kepentingan kita sejalan. Namun, apa yang terjadi ketika kepentingan itu berubah? Kita akan menyadari betapa rapuhnya hubungan tersebut—bahkan bisa berakhir begitu saja.

Dari pengalaman pribadi saya, baik di dunia birokrasi pemerintahan maupun dalam kehidupan sehari-hari, saya belajar satu hal penting: tak ada hubungan yang benar-benar tulus jika tak ada kepentingan yang mendasarinya. Tentu saja, itu bukan berarti semuanya tentang manipulasi atau kepentingan pribadi semata, tapi lebih kepada kenyataan bahwa dalam setiap hubungan, selalu ada sesuatu yang saling dipertukarkan—baik itu dukungan, rasa saling percaya, atau sekadar kebutuhan emosional.


Penggerak Setiap Interaksi
Setiap orang yang kita temui dalam hidup membawa kepentingannya masing-masing. Begitu pula dengan kita. Kita semua punya tujuan, harapan, atau kebutuhan yang ingin dipenuhi melalui hubungan dengan orang lain. Dalam dunia kerja, misalnya, kita berkolaborasi dengan rekan-rekan untuk mencapai tujuan yang lebih besar—entah itu proyek bersama atau visi organisasi. Di sisi lain, dalam kehidupan pribadi, kita sering berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sosial, seperti mencari persahabatan, dukungan, atau kebersamaan.

Namun, ketika kepentingan ini tak lagi sejalan, hubungan kita bisa berubah drastis. Di dunia profesional, misalnya, perbedaan visi atau tujuan dapat menyebabkan ketegangan antar rekan kerja. Dalam hubungan pribadi, perbedaan kepentingan—baik dalam hal material, emosional, atau bahkan pandangan hidup—dapat merenggangkan kedekatan yang sebelumnya erat.

Kepentingan adalah elemen yang tak bisa dihindari dalam hubungan manusia. Terkadang kita tak menyadari seberapa besar pengaruhnya terhadap dinamika hubungan yang terjalin. Ini bukan berarti bahwa semua hubungan berlandaskan niat buruk atau manipulasi, melainkan kenyataan bahwa kepentingan adalah kekuatan yang menggerakkan banyak tindakan kita—baik yang tampak jelas maupun yang tersembunyi.


Hubungan yang Harmonis
Ketika kepentingan antar dua pihak atau lebih sejalan, hubungan yang terjalin biasanya akan berjalan dengan lancar. Kita merasa lebih mudah bekerja sama, saling mendukung, dan berbagi tujuan. Dalam dunia profesional, misalnya, ketika seluruh anggota tim memiliki visi yang sama untuk menyelesaikan suatu proyek, kerjasama pun terjalin dengan baik. Konflik dapat diminimalisir karena semua orang bergerak ke arah yang sama. Begitu juga dalam kehidupan pribadi, kita merasa lebih dekat dengan orang-orang yang memiliki pandangan hidup yang serupa atau yang memiliki kepentingan yang sejalan dengan kita.

Contoh sederhana adalah dalam tim kerja. Ketika semua anggota tim memiliki tujuan yang sama, misalnya menyelesaikan proyek atau tugas bersama, mereka akan bekerja dengan lebih efisien dan harmonis. Masing-masing orang mendukung peran orang lain, dan bersama-sama mereka bergerak menuju tujuan bersama.


Ketika Kepentingan Berbeda
Namun, ketika kepentingan berubah atau tak lagi sejalan, hubungan yang awalnya harmonis bisa mulai retak. Ini adalah kenyataan yang harus kita terima dalam hidup. Seiring waktu, kita mungkin akan menghadapi situasi di mana hubungan kita dengan seseorang—baik itu kolega, teman, atau anggota keluarga—berubah karena perbedaan tujuan atau kepentingan. Tak ada kawan yang abadi, begitu pula tak ada lawan yang abadi.

Dalam dunia profesional, kita bisa saja harus berpisah dengan rekan kerja atau bahkan meninggalkan sebuah organisasi karena kepentingan yang berubah. Dalam kehidupan pribadi, hubungan yang dulu erat bisa retak karena perbedaan pandangan hidup atau perubahan dalam prioritas masing-masing. Meskipun perpisahan ini bisa terasa menyakitkan, ia juga memberi kesempatan bagi kita untuk menata ulang hidup dan mencari hubungan yang lebih sesuai dengan tujuan dan nilai kita saat ini.


Memahami dan Merenung
Di tengah segala dinamika hubungan yang terjadi, saya menemukan bahwa menulis adalah cara yang efektif untuk memahami dan merefleksikan segala hal yang saya alami. Menulis memberi saya ruang untuk merenung, menyusun kembali pemikiran, dan lebih memahami bagaimana kepentingan membentuk hubungan yang saya jalani, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.

Melalui menulis, saya bisa lebih objektif melihat hubungan-hubungan yang terjalin dan bagaimana kepentingan mempengaruhi dinamika tersebut. Menulis juga memberi saya kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain, yang mungkin tengah mengalami situasi serupa dalam kehidupan mereka. Menulis adalah sarana untuk berbicara tanpa batas, untuk mengungkapkan hal-hal yang sulit diungkapkan secara langsung.


Menyikapi Kepentingan
Pada akhirnya, saya belajar bahwa dalam setiap hubungan—baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi—yang abadi adalah kepentingan itu sendiri. Ketika kepentingan kita sejalan, hubungan terasa menyenangkan dan penuh dukungan. Namun, ketika kepentingan berubah, tak ada salahnya untuk menerima kenyataan bahwa hubungan tersebut mungkin harus berakhir. Itu adalah bagian dari siklus hidup, di mana kita terus bergerak maju, mencari hubungan yang lebih sesuai dengan tujuan dan nilai hidup kita.

Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi semua perubahan ini dengan bijaksana—menyadari bahwa setiap hubungan, apa pun bentuknya, pasti memiliki kepentingan yang mendasarinya. Ini adalah hal yang wajar dalam kehidupan manusia, dan bagian dari proses kita tumbuh dan berkembang.

Saya tutup tulisan ini dengan sebuah kutipan sebagai renungan kita bersama. Hubungan yang baik bukan hanya tentang berbagi tujuan, tetapi juga tentang memberi dukungan yang tulus dan saling menguntungkan, karena keberhasilan sejati datang saat kita maju bersama. Selamat beraktivitas, semoga sukses, dan jangan lupa bahagia.

Jakarta, 19 November 2024

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Relasi, Kepentingan, dan Menulis

Trending Now

Profil

iklan