Oleh : Adrinal Tanjung
Setelah hampir dua dekade menulis, karya terbaru , Musi Dua Delapan Sembilan, menjadi sebuah pencapaian yang lebih dari sekadar buku. Karya ini menyatukan berbagai elemen reflektif yang menggugah, tidak hanya bagi saya sebagai penulis, tetapi juga bagi pembaca yang mungkin merasakan perjalanan yang serupa dalam kehidupan mereka. Buku ini adalah hasil dari perenungan panjang, sebuah karya yang lahir dari hati, dan juga sebuah kolaborasi yang tak direncanakan antara saya dan sahabat saya, Ardian Riza.
Memasuki usia 54 tahun, saya merayakan pencapaian luar biasa dalam perjalanan literasi yang dimulai sejak 18 tahun lalu. 47 buku tentu bukan jumlah yang kecil untuk ukuran seorang birokrat aktif. Di saat banyak orang berfokus pada pencapaian jabatan pimpinan tinggi, saya memilih jalur yang lebih sepi—jalan yang mengutamakan kreativitas dan kebebasan berkreasi.
Saya menyadari bahwa pada tahun 2020, ketika kebijakan penyederhanaan birokrasi membuat saya keluar dari zona nyaman, itulah titik balik yang mengantarkan saya pada tantangan baru. Jabatan sebagai pejabat fungsional memberi ruang lebih luas untuk berimajinasi dan berkarya, memperluas sayap literasi menulis.
Di sinilah kekuatan Musi Dua Delapan Sembilan mulai tampak. Buku ini bukan tentang perjalanan pribadi , tetapi tentang perjalanan sebuah generasi yang terlahir di tahun 1969, 1970, dan 1971, SMA 2 Padang Angkatan 89.
Buku ini tentang berbagi pengalaman dan kolaborasi dengan sahabat satu SMA di SMA 2 Padang Angkatan 89. Kolaborasi ini sebuah bukti nyata bahwa menulis bukanlah perjalanan yang harus dilakukan seorang diri. Meskipun kami memiliki gaya menulis yang berbeda, kami berhasil menemukan harmoni. Saya lebih condong ke genre reflektif yang mendalam, menggali kenangan dan makna dari perjalanan hidup, sementara Ardian Riza menulis dengan pendekatan ilmiah yang lebih informatif, mengungkapkan wawasan dan pengalaman yang penuh pengetahuan.
Buku ini, meskipun masih dalam tahap editing dan pengayaan akhir, sudah menyiratkan makna yang dalam. Di dalamnya terdapat kisah-kisah yang menyentuh, dari kenangan masa lalu hingga refleksi sebagian tentang perjalanan karier, keluarga, dan hidup yang penuh tantangan.
Bahkan dua bab dalam buku ini berisi tulisan dari rekan-rekan SMA 2 Padang Angkatan 89, yang ikut berkontribusi dalam membagikan kisah mereka. Ini menambah lapisan yang kaya dan menyentuh dari sebuah perjalanan panjang yang ditempuh bersama.
Rencana soft launching buku Musi Dua Delapan Sembilan pada akhir Januari 2025, bertepatan dengan hari jadi saya yang ke-54, adalah wujud syukur atas segala pencapaian yang telah diraih serta dukungan banyak rekan dan sahabat.
Acara tersebut akan diselenggarakan secara sederhana, dengan mengundang anak-anak yatim dari Pondok Pesantren sekitar rumah sebagai simbol rasa syukur dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Buku ini adalah bukti dari perjalanan panjang serta tantangan yang tak ringan, serta upaya membangun komunitas literasi. Melalui Musi Dua Delapan Sembilan, pembaca akan diajak untuk merenungkan arti dari pencapaian hidup, keberanian untuk menempuh jalan baru, dan pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan karya yang lebih besar.
Buku ini mengingatkan kita bahwa menulis bukan hanya tentang mengungkapkan kata-kata, tetapi tentang menggali kedalaman hati, mengenang masa lalu, dan berbagi pengalaman untuk memberi makna pada kehidupan yang telah dijalani.
Dengan segala keunikannya, buku ini tidak hanya akan menjadi koleksi berharga bagi para pembaca setia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin memulai perjalanan literasi dengan catatan sederhana. Menulis adalah cara untuk merayakan kehidupan dan berbagi kisah yang tak ternilai harganya.
Pramuka No 33, 24 Desember 2024