Oleh: Adrinal Tanjung
Sudah tiga tahun niat menulis buku ini terpendam, namun selalu terkendala oleh waktu yang terbatas. Setiap kali bertemu dengan teman-teman seangkatan, saya mencoba mengungkapkan keinginan untuk menulis tentang perjalanan kita, tentang SMA 2 Padang yang begitu berarti. Namun, niat itu seringkali menguap begitu saja, seiring berlalunya waktu.
Namun, tak ada yang lebih menggugah daripada pertemuan besar di bulan September 2024. Ketika Reuni Akbar (RA) 35 Tahun Angkatan 89 SMA 2 Padang diadakan, seakan memberi saya sinyal agar rencana tersebut terwujud. Reuni akbar ini bukan sekadar acara biasa. Ini adalah momentum yang luar biasa.
Kami kembali berkumpul, berbagi tawa dan cerita, mengingat kembali masa-masa penuh kenangan. Beberapa teman yang saya temui langsung memberi dukungan penuh atas ide menulis buku ini. Seolah tak ingin kenangan itu hilang begitu saja, mereka pun bersemangat. Bahkan, banyak yang merasa dua hari di Cibogo, Kabupaten Bogor, terasa begitu singkat. Begitu banyak cerita yang ingin dibagikan, terlalu banyak rasa yang ingin disampaikan. Dari sanalah, saya mulai merasa, inilah saat yang tepat untuk menulis buku ini. Buku ini akan merangkai sebuah perjalanan yang perlu dikenang bersama.
Reuni Tak Pernah Usai
Setelah reuni berakhir, foto-foto kebersamaan terus bermunculan di grup alumni. Kegembiraan itu tak hanya terbatas di acara, tapi terus mengalir lewat berbagai saluran komunikasi. Melihat semangat dan dukungan teman-teman, saya merasa semakin yakin. Buku ini harus segera ditulis.
Pada sore hari yang penuh semangat kemaren, saya bertemu dengan beberapa rekan SMA 2 Angkatan 89 Korwil Sumbar untuk berbicara tentang rencana penulisan buku ini. Kami berdiskusi panjang lebar, menggalang dukungan agar rencana ini segera terwujud. Harapan saya disambut hangat.
Saya pun memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal saya di Kota Padang. Saya merasa perlu untuk menyelami lebih dalam kenangan-kenangan yang tertinggal, menggali cerita-cerita dari teman-teman lama, dan menghidupkan kembali momen-momen yang telah membentuk kita. Dalam beberapa hari ke depan, saya akan fokus menulis dan melanjutkan proses penyusunan naskah yang sempat tertunda. Saya juga memanggil staf dari Jakarta untuk membantu mewujudkan buku ini sebelum akhir tahun.
Proses yang Panjang
Menulis buku ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Proses yang dilalui cukup lama, perlu riset, dan tentu saja, dukungan informasi dari beberapa nara sumber. Saya beruntung karena ada beberapa teman yang dengan sukarela bersedia menjadi narasumber, membantu menggali cerita-cerita lama yang mungkin terlupakan. Mereka adalah saksi dari perjalanan dan kisah di SMA 2 Padang. Dengan informasi yang diberikan, buku ini dapat menyampaikan cerita yang lebih lengkap.
Saat saya menulis ini, saya berada di depan SMA 2 Padang menikmati sarapan pagi. Di SMA 2 kita menuntut ilmu dan membangun kenangan bersama. Musi Dua, tempat yang menyimpan begitu banyak cerita tentang perjuangan, persahabatan, dan kenangan yang tak terlupakan.
Kita datang dari berbagai penjuru Kota Padang, bahkan ada yang datang dari luar kota dan luar provinsi. Tiga puluh lima tahun sudah berlalu, namun kenangan itu masih tetap hidup, mengisi setiap sudut hati kami.
Saatnya mengenang dan menulis kembali kisah-kisah itu, agar tidak terlupakan. Sebagian besar kisah ini, saya yakin, bisa menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Masa SMA kita, dengan segala dinamikanya, telah membentuk kami menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bersatu. Kebersamaan itu, yang tak terpecahkan oleh waktu, adalah ikatan yang tak ternilai harganya.
Rumah Besar
Keluarga besar SMA 2 Padang Angkatan 89 adalah rumah besar kami. Sebuah rumah besar yang terus mengikat kami meski jarak memisahkan. Dua grup WhatsApp yang kami miliki—Grup WA Rumah Gadang dan Sahabat Smanduo 89—merupakan simbol persahabatan yang tidak akan pudar. Hampir 500 orang kami, meski sebagian dari kami kini telah berpulang ke sisi-Nya, namun semangat kebersamaan itu tetap hidup.
Kini, pagi pun tiba. Saya sedang bersiap menikmati sarapan, namun semangat untuk melanjutkan tulisan ini tak bisa ditahan. Saya harus kembali mempersiapkan segala sesuatu, membaca ulang naskah, dan menyempurnakannya. Ada banyak hal yang perlu ditambahkan, banyak cerita yang belum tuntas.
Saya tutup catatan ringan pagi ini dengan satu pemikiran, menulis adalah cara terbaik untuk merefleksikan perasaan dan pengalaman, untuk memastikan bahwa kenangan tidak hilang begitu saja. Kita, alumni SMA 2 Padang, adalah bagian dari perjalanan yang luar biasa. Semoga buku ini bisa menjadi bukti bahwa kita pernah ada dan saling mengisi dalam kebersamaan yang tak ternilai.
Musi Dua, Kota Padang
6 Desember 2024