Cinta dan Doa Seorang Ayah untuk Putrinya

Jumat, 31 Januari 2025 Last Updated 2025-01-31T03:03:13Z


Oleh : Adrinal Tanjung

Pagi ini, saya mengantar Shifa, anak kedua putri pertama saya ke Stasiun Gambir Jakarta. Saya terdiam sejenak, menghitung waktu yang hanya tinggal seminggu sebelum dia masuk kembali ke kampus. Empat minggu terakhir ini begitu luar biasa, penuh emosi dan juga kebahagiaan. 

Libur usai, dan dia harus kembali ke dunia kampus yang penuh tantangan. Tiga semester lagi, Shifa akan menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran.

Melihat perjalanan akademisnya selama lima semester terakhir, saya merasa puas dan  bangga. Hasil yang diraihnya tidak hanya memuaskan, tetapi juga menunjukkan dedikasi dan komitmennya untuk belajar. Nilai-nilai yang dia peroleh menjadi bukti nyata bahwa Shifa  serius dalam menjalani perkuliahan.

Shifa adalah perempuan yang tenang dan penuh kedamaian. Terlihat semakin mandiri, percaya diri, dan semakin menjadi sosok yang sangat mirip dengan almarhumah Ibu saya. "Aku pulang sendiri aja, Pa. Nggak usah diantarin," katanya beberapa waktu lalu. Tentu saja, kata-katanya membuat saya merasa haru, namun juga penuh kebanggaan.


Naluri seorang ayah memang selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya. Namun, meskipun demikian, saya melihat Shifa semakin mandiri. Dia tahu apa yang dia inginkan, dan berusaha menjalani hidupnya dengan cara yang penuh tanggung jawab. "Kalau diantarin, aku yang sedih pas Papa balik," katanya. 

Itu adalah ungkapan yang saya tangkap sebagai tanda bahwa dia mulai dewasa, dan bisa merasakan hal-hal yang lebih mendalam, meskipun kadang tak diungkapkan dengan kata-kata.

Meskipun kesibukan saya semakin meningkat, saya selalu berusaha meluangkan waktu untuk Shifa. Setiap kesempatan bertemu adalah momen yang sangat berarti bagi saya. Kami berbicara dan  berbagi cerita. Beberapa kali, saya sempatkan mampir ke Semarang saat ada perjalanan dinas, hanya untuk sarapan pagi atau makan siang bersama. Kami berbincang tentang kehidupan, dan mengingatkan dia untuk tetap rendah hati. 

Kini, dengan hanya tiga semester tersisa, tantangan untuk mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terbaik dan terus maju, tentu bukan hal yang mudah. Namun, saya yakin Shifa bisa melaluinya. Saya selalu mengingatkan  untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, menjaga nilai-nilai kesederhanaan,  dan terus berusaha melakukan yang terbaik. Saya tahu, dalam setiap langkahnya, Shifa selalu membawa doa dan harapan yang terbaik untuk keluarga. 


Doa Terbaik untuk Shifa
Jangan lupa untuk selalu berdoa. Berdoa untuk diri sendiri agar dimudahkan dalam merampungkan kuliah dan tetap diberi kesehatan. Berdoa juga untuk Papa, Mama, Abang Ilham, dan Adek Maisya.  Dengan doa dan usaha yang maksimal, insya Allah segala yang terbaik akan datang.

Kebahagiaan tidak hanya datang dari pencapaian, tetapi juga dari menjaga hati yang selalu bersyukur dan menikmati setiap proses yang ada. Menikmati setiap langkah yang dijalani, dan percaya bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri. 

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi, memberikan kesehatan, kelancaran, dan kesuksesan dalam setiap perjalanan hidup Shifa. Jangan lupa bahagia.

Aamiin.

Dengan penuh cinta,

Papa

Jakarta, 30 Januari 2025

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Cinta dan Doa Seorang Ayah untuk Putrinya

Trending Now

Profil

iklan