Sebuah Kenangan, Sebuah Legacy

Rabu, 08 Januari 2025 Last Updated 2025-01-08T04:38:56Z


Oleh : Adrinal Tanjung

Liburan di akhir tahun 2024 terasa berbeda. Sementara banyak orang menganggap liburan sebagai waktu untuk sepenuhnya bersantai, saya memilih untuk menyempatkan menyelesaikan naskah buku Musi Dua Delapan Sembilan. Bahkan di awal tahun 2025 saat berlibur bersama keluarga ke Singapura, saya membawa naskah buku ini. 

Buku ini bukan sekadar tentang kumpulan tulisan sebuah angkatan, tetapi lebih kepada perjalanan dan persahabatan yang terus berkembang, serta kenangan yang tak pernah pudar. Terinspirasi dari Reuni Akbar SMA 2 Padang Angkatan 89 yang digelar di Cibogo, Bogor 7 dan 8 September 2024 lalu, buku ini adalah wujud dari perjalanan emosional yang lebih dari sekadar cerita.


Selama liburan di Singapura bersama keluarga, saya meluangkan 1,5 jam setiap harinya untuk membaca dan menyempurnakan naskah yang masih dalam bentuk dummy ini. Saya merasakan ada kebanggaan tersendiri saat  membawa dan membaca naskah Musi Dua 89 . Semakin mendekati final, dan menyadari bahwa perjalanan panjang buku mencapai titik puncaknya tentu saja sebuah pencapaian baru. 

Setiap halaman yang saya baca ulang, setiap bagian yang saya revisi, membawa saya kembali ke kenangan masa lalu—kenangan yang penuh tawa, persahabatan, dan juga perjalanan hidup yang telah mengubah kami. Hidup yang membawa kami jadi kian bijaksana dengan berjalannya waktu.

Buku ini lahir dari momen yang luar biasa, sebuah reuni yang menyatukan sekitar 150 alumni dari berbagai kota di Indonesia yaitu dari Padang, Pekanbaru, Jambi, Lampung, Palembang, Banten, Tangerang, Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan masih banyak lagi. Bahkan, satu teman datang jauh dari Australia untuk merayakan kebersamaan ini. Reuni ini bukan sekadar pertemuan fisik, tetapi sebuah penyegaran hubungan yang telah terjalin selama 35 tahun, merayakan tidak hanya masa lalu kami di bangku SMA, tetapi juga perjalanan hidup yang telah kami jalani.


Transit di Batam
Selesai berlibur di  Singapura selama tiga hari bersama keluarga, saya melanjutkan perjalanan menuju Batam. Selama 75 menit dari Harbour Front menuju Pelabuhan Batam Center, saya rehat sejenak di Kota Batam. Transit selama lima jam, saya bertemu tiga kawan lama. Diantaranya Hary Siswanto, sesama alumni SMA 2 Padang Angkatan 89. 

Ketika saya bertemu dengan Hary Siswanto, dalam pertemuan singkat tersebut saya menyampaikan  terkait buku ini. Musi Dua Delapan Sembilan lebih dari sekadar tulisan. Mencoba merangkai berbagai kenangan, perjalanan masa menempuh pendidikan di SMA 2 Padang. 

Di pertemuan tersebut, kami berbicara tentang banyak hal, mengenang masa-masa indah bersama teman-teman satu angkatan.Momen pertemuan itu, meskipun singkat, sangat berarti. Saya juga menjelaskan kepada Hary bagaimana buku ini lebih dari sekadar dokumentasi reuni, tetapi sebuah catatan perjalanan hidup yang membawa kami ke banyak tempat, baik fisik maupun emosional.


Musi Dua 89 tidak hanya menceritakan tentang angkatan kami. Buku ini adalah tentang ikatan yang tak terputuskan oleh waktu dan jarak, tentang kenangan yang terus hidup dan berkembang.Buku ini juga mengulas sebagian dari kami yang sudah berpulang. Meskipun sudah terpisah, namun kenangan itu akan tetap abadi dalam ingatan. Refleksi tentang hidup yang tak lama, menjadikan buku ini sebagai sebuah renungan pengingat diri. 

Di tengah kesibukan liburan, saya masih membaca, dan menulis. Sekembali dari liburan, saya segera melakukan revisi di beberapa bagian agar buku ini memberikan warna baru dan  bisa segera rampung. Harapan bisa diluncurkan pada awal Februari 2025. Saya ingin buku ini menjadi legacy yang tak hanya bagi kami, alumni SMA 2 Padang Angkatan 89, tetapi juga bagi siapa saja yang merasakan pentingnya sebuah persahabatan sejati.


Mengapa Musi Dua 89 penting?
Barangkali ada yang bertanya, mengapa buku ini penting? Karena Musi Dua 89 adalah wujud dari kebersamaan, dan perjalanan panjang yang telah kami lalui bersama. Itu adalah warisan yang akan kami bawa hingga ke generasi berikutnya—sebuah kenangan yang abadi dalam kata-kata. Dalam setiap bab yang saya baca dan perbaiki, saya merasa semakin dekat dengan teman-teman lama, dengan masa lalu kami yang penuh warna. 

Ketika buku ini nanti terbit, saya ingin semua teman SMA 2 Padang Angkatan 89 membaca dan merasakan kebahagiaan yang sama, semangat yang sama, dan tentu saja, kenangan yang sama. Buku ini adalah lebih dari sekadar kata-kata—ia adalah sebuah jembatan yang menghubungkan kami dengan masa lalu dan masa depan. Sebuah legasi yang akan terus dikenang oleh setiap alumni, yang tidak hanya menceritakan perjalanan kami, tetapi juga memberi makna yang lebih dalam tentang arti persahabatan dan kenangan yang tak pernah hilang.

Jakarta, 8 Januari 2024

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sebuah Kenangan, Sebuah Legacy

Trending Now

Profil

iklan