Oleh : Adrinal Tanjung
Keindahan yang Tak Terungkap di Masjid Nabawi
Sulit mengungkapkan perasaan setiap kali melangkah ke Masjid Nabawi, terutama saat jelang Subuh. Udara sejuk, langit yang masih gelap, dan cahaya lampu masjid yang lembut seolah menyambut setiap jiwa yang rindu.
Menjelang dan setiap usai shalat Subuh—bahkan di setiap waktu shalat fardhu—pemandangan yang sama selalu terlihat. Masjid megah ini tak pernah sepi. Ramai, penuh sesak, seakan tak cukup menampung semua jamaah. Tapi justru di situlah keajaibannya. Keramaian itu tidak mengurangi kekhusyukan, malah memperkuat kebersamaan dalam iman.
Madinah… kota yang indah, mempesona, dan menggetarkan hati. Seringkali kita ingin menggambarkannya dengan kata-kata, tapi selalu terasa kurang. Ada sesuatu yang hanya bisa dirasakan, bukan diucapkan.
Semoga Allah beri kesempatan untuk kembali ke Baitullah, menunaikan haji sebelum ajal menjemput. Karena di sana, ada getaran cinta yang tak tergantikan—rasa yang hanya dimengerti oleh mereka yang pernah menginjakkan kaki di tanah suci itu.
Selalu Penuh Sesak
Masjid Nabawi begitu luas dan megah, tapi kadang terasa sempit karena membludaknya jamaah. Itu terjadi hampir sepanjang waktu. Sungguh mengharukan. Membuat merinding.
Besok siang, perjalanan berlanjut ke Kota Mekkah Al-Mukarramah. Empat malam di Madinah terasa begitu singkat. Di sini, lautan manusia menjadi saksi bagaimana Nabi Muhammad ﷺ telah mengubah peradaban.
Pengikutnya tersebar hampir di seluruh dunia. Ada hal-hal yang tak bisa dicerna logika, tapi banyak pula yang layak jadi renungan. Hidup butuh keyakinan spiritual.
Islam adalah jawaban.
Di sini, tak ada beda pangkat, jabatan, atau kedudukan. Yang membedakan hanyalah ketakwaan. Begitulah indahnya Islam—rahmat bagi seluruh alam.
Semoga kita semua diberi kemudahan menjadi tamu Nya yang mulia
Kota Madinah, 7 April 2025