Bagian Pertama
Oleh : Adrinal Tanjung
Senin siang, 1 Syawal 1446 H, suasana damai dan haru menyelimuti kediaman kami di Bekasi. Saya dan keluarga bersiap untuk menunaikan umrah di Baitullah. Usai melaksanakan sholat Ied di komplek perumahan lalu saling bermaafan dengan tetangga satu komplek di Masjid Al Ikhsan Perumahan Pondok Hijau Permai Kota Bekasi. Beberapa orang saudara dari pihak istri merayakan Idul Fitri bersama di kediaman.
Dengan diantar oleh driver, perjalanan menuju Hotel Ibis Bandara relatif lancar.
Sebelum menuju Tanah Suci, rombongan berkumpul di Hotel Ibis Bandara Soekarno Hatta, Jakarta bersama jamaah lainnya.
Sore di tanggal 1 Syawal rombongan jamaah berkumpul, mendengarkan pengarahan dan manasik singkat dari Fandiego Tour and Travel—penyelenggara perjalanan kami. Penjelasan yang memberikan bekal sebelum berangkat ke Baitullah.
Setelah penjelasan dan makan malam dilanjutkan sholat Magrib dan Isya. Usai sholat Isya rombongan di antar ke Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Jakarta oleh pihak penyelenggara.
Tengah malam jam 23.50 kami bersiap boarding dengan pesawat Saudia Airlines. Penerbangan selama sembilan jam menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz berjalan lancar.
Sebuah anugerah, mengingat ini adalah awal dari perjalanan spiritual yang telah lama dinantikan.
Jam 06. 25 waktu setempat, pesawat mendarat mulus di Jeddah.
Kembali ke Haribaan-Nya
Melengkapi rukun Islam yang kelima bukan sekadar kewajiban, tapi panggilan hati. Di sini, kita bukan hanya menyempurnakan agama, tapi juga belajar merasakan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan Islam beberapa abad silam.
Berkunjung ke Baitullah adalah cermin dari ketaatan—sebuah undangan istimewa yang tak semua orang bisa penuhi. Sebelum haji, umrah menjadi pintu pembuka, memberi gambaran sekaligus persiapan rohani untuk suatu hari nanti menapaki tanah suci dalam rukun Islam yang sempurna.
Catatan Perjalanan Spiritual
Usai umrah, saya punya keinginan menulis buku Spiritual Journey—sebuah upaya untuk mengikat makna, memperkuat ikatan dengan Allah SWT, dan berbagi pengalaman. Sebab, pada akhirnya, setiap manusia mendambakan kedamaian dengan hidup sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.
Madinah yang Syahdu
Hingga hari ini sudah empat hari saya dan keluarga berada di Kota Madinah. Empat hari yang meninggalkan kesan mendalam sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah esok siang.
Ini adalah umrah perdana kami sekeluarga. Setiap langkah dari penginapan menuju Masjid Nabawi terasa begitu khusyuk. Suasana kota yang tenang seolah mengajak kita untuk terus belajar, merenung, dan memperbaiki diri.
Semoga perjalanan ini bukan akhir, tapi awal dari langkah-langkah yang lebih mantap menuju ridha Allah.
(Bersambung)
Madinah, 6 April 2025